YUKI: KEMAMPUAN
ISTIMEWA DAN ROMANSA MASA LALU (Part 2)
-Akademi Kesehatan-
Kelompok
misi yang dikirim atas permintaan telah tiba tak jauh dari sebuah bangunan dengan
ciri khas arsitekturnya: berwarna putih, menjulang tinggi di bagian
tengah-depan, dengan jendela berpola dan berkilauan diterpa sinar matahari. Di
puncak bangunan yang paling tinggi, terdapat benda-seperti-permata besar yang
nyaris tak terlihat karena pantulan cahayanya yang menyilaukan. Hyde
menyeletuk.
“Kalo
permatanya ditaro di atas situ, bukannya malah mancing orang buat nyuri gituan, ya?” ujarnya sambil dengan susah
payah memerhatikan puncak bangunan. Kazu menoleh.
“Mungkin
dia punya fungsi lain makanya adanya di sana?”
“Tapi
emang nggak masuk akal juga, sih… kalo emang mereka pake itu buat sumber energi
atau semacamnya, kenapa nggak ditaro di semacam ruangan kaca atau apapun yang
lebih aman?” Kuro ikut menanggapi. Kazu menengadah lagi. Ia meletakan tangannya
dalam posisi hormat demi melindungi matanya dari kilauan cahaya yang
menyakitkan.
“Entahlah.”
Jawabnya seraya mengangkat bahu. Micchi meletakkan telunjuknya di depan bibir
dan mendesis. Sekelompok orang paruh baya keluar dari salah satu pintu dan
menghampiri komplotan muda itu. Seorang wanita, tiga pria berambut abu-abu dan
satu pria yang lebih muda. Mereka semua tersenyum.
“Selamat
datang, tamu kehormatan. Ah… alangkah
leganya mengetahui Anda sekalian telah tiba dengan selamat dan pada waktu yang
tepat… kalian pasti telah melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan demi
sampai ke sini,”
“Eeh…
itu…” Ken menoleh pada Sacchiko yang tengah digotong Ai. Salah seorang pria
berambut abu-abu yang bertubuh tinggi tampak terkejut dan melangkah mendekat.
“Oh…
demi Permata Suci! Apa gerangan yang telah terjadi pada makhluk berparas lembut
ini...? Katakan?”
“Dia
hanya butuh istirahat. Dia telah banyak membantu dalam perjalanan ini.” Sebelum
Purin sempat menjawab dengan keceriaannya, Ai telah terlebih dahulu membalas.
“Sukurin!” Ken berbisik penuh kemenangan,
meskipun sebenarnya tidak ada pertandingan. Micchi memberikan puk-puk lembut
pada gadis berambut ikal yang cemberut itu. Menggembungkan pipinya yang semakin
bulat.
“Kalau
begitu, mari kuantarkan ia ke ruang perawatan utama… di sana terdapat batu
energi yang dapat mempercepat proses pemulihan…” belum sempat merespon apapun,
pria tinggi itu telah memanggil dua orang laki-laki dan seorang perempuan
berseragam yang membawa kursi dorong khusus dengan kemiringan yang nyaman.
Sacchiko segera dipindahkan dan Ai turut mengiringinya ke ruang perawatan.
Keisengan Hyde mulai kumat. Kali ini
ia berbisik pada Revv.
“Giile. Menang banyak, ye? Ini Akademi kan
buat perempuan karena laki-laki dikenain wajib militer. Kalo ada laki-laki di
sini…” mendengarnya, Yui melotot dan segera mendesis demi menghentikan
kalimat Hyde. Anak ini kalau tidak
diawasi mulutnya suka lepas kendali.
“Ahem… baiklah… melalui surat yang telah
kami kirimkan, kami rasa sudah cukup jelas mengenai tujuan utama diundangnya
Anda sekalian kemari…” Yuki mleangkahi dua anak tangga di hadapannya dan
memberikan salam hormat pada pria berambut abu-abu yang bertubuh gempal itu.
“Perkenalkan.
Saya Yuki, dan teman-teman, akan memantau wilayah ini demi menyusun rencana
terbaik untuk melindungi semua orang. Saya harap hingga tugas ini berakhir,
setiap penghuni tempat ini telah dievakuasi dan tidak diperkenankan mendekati
batas hutan maupun meninggalkan tempat ini demi alasan keamanan. Jika kita bisa
bekerjasama dengan baik, tugas ini dapat kami selesaikan tanpa hambatan yang
berarti.” Pria gempal itu tertawa, sementara wanita di belakangnya tersenyum.
“Sangat
rapi, seperti yang diharapkan.” Ujarnya seraya menampilkan barisan gigi yang
rapi dan bersih.
“Sebagaimana
prosedur yang selalu kami jalani setiap tahun, beberapa hari menjelang
datangnya hari ini, kami telah
memeringati para Nun dan mereka pun
telah paham dengan situasi ini. Biasanya pun, dua hari menjelang bulan purnama,
mereka telah dipindahkan ke tempat yang aman ketika para anggota Guild sedang
bekerja. Oleh karena itu, Anda tidak perlu lagi mengkhawatirkan hal-hal yang
berhubungan dengan teknis dan keselamatan jiwa-jiwa penghuni Akademi, sebab
itupun telah menjadi tanggung jawab kami.” Yuki mengangguk dan menandai catatan
yang sedaritadi ia pegang.
“Baiklah,
apabila ada yang Anda ingin butuhkan, kami akan dengan senang hati membantu.
Kami juga akan memandu kalian sebagai langkah awal perkenalan dengan tempat ini.”
“Kalau
begitu, kami akan mulai bekerja sekarang.” Wanita paruh baya di belakang pria
gempal mengangguk dan mengulurkan tangan, mempersilakan para PsychoJ-an untuk
memasuki bangunan dan mengeksplorasi sekitar.
“Jadi,
siapa ketua kali ini?” untuk yang kesekian kalinya, Hyde berucap. Micchi
menoleh, lalu melirik Ken. Ken mengangkat bahu dan menoleh Purin. Purin
mendengus, Ken balas mendengus. Maksudnya
menanyakan pendapat, bukan menunjuk. Purin tersadar dan menoleh sekitar.
Kia telah lebih dulu menaiki tangga dan mengikuti Yuki masuk. Yui menepuk bahu
Purin dan tersenyum lebar, memberi isyarat pada Yuki dan mengacungkan jempol.
Kedua gadis periang itu mengangguk kegirangan. Dan entah mengapa, paragraf ini
bertransformasi menjadi tayangan pantomim.
“Mau
kemana, Ken?” Kazu berjalan pelan mendekati Ken yang justru tampak tak
mengikuti rombongan. Lelaki gempal itu tersenyum riang.
“Eksplorasi.”
“Dasar
*****,” Micchi bergumam pelan. Ken hanya tertawa dan terus melangkah, diikuti
yang lainnya.
***
Wilayah
bangunan itu ternyata luas. Beberapa gedung yang berpencar dihubungkan oleh
koridor-koridor berkanopi yang dihiasi pohon jalar menyejukan. Setiap lahan
kosong pun diisi oleh taman-taman kecil yang indah, meyejukan mata. Purin
terlihat bahagia sekali. Ia belum pernah mengunjungi arsitektur seindah ini
selama menjalankan misi. Yang lainnya juga terpana menyaksikan pemandangan asri
di tengah carut marutnya Negeri ini. Seakan mengalihkan segala isu yang
memuakan mata dan telinga.
“Ini
adalah ruang kepala dan para Guardian…
sekadar informasi, sesungguhnya – selain Institut Ilmu Pengetahuan – sejak awal
kami juga memang menerima murid laki-laki sebagai pengganti dari wajib militer ,
karena tidak semua laki-laki pada mulanya sanggup mengandalkan fisik mereka
dalam bela Negara… kami juga menemukan adanya para pemuda berbakat yang mahir
sekali dalam memahami anatomi dan pemulihan, seperti yang sedang bersama Anda
ini,” pria bertubuh gempal itu memperkenalkan pria muda yang turut menyambut PsychoJ-an tadi. Lelaki itu
tersenyum sipu.
“Eh?
Apa Ai dari sini juga, tuan?” Micchi menceletuk.
“Ai?”
pria itu menghentikan langkahnya.
“Iya,
yang tadi mengantar Sacchiko,” Kuro menambahkan. Sang pria tampak berpikir
sejenak, tapi kemudian menggeleng pelan.
“Meskipun
saya baru bergabung 10 tahun sejak Akademi ini dibangun, saya tak mengingat ada
Nun seperti dia… kalaupun ia belajar
sebelum saya mengabdi di sini, setidaknya ia seharusnya sudah berumah tangga.
Apakah ia memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai penyembuhan?” Kazu
mengangguk.
“Ah… mungkin ia berasal dari daerah itu… hm, hmm… saya akan bertanya
beberapa hal mengenai dirinya… oh ya, mari kita lanjut turnya.” Pria itu
kembali berjalan.
“Seiring
waktu, lebih banyak pemuda tangguh diikutkan ke wajib militer… nampaknya
semakin banyak tempat dan orangtua yang memberikan pelatihan fisik dini bagi
anak-anak mereka, sehingga semakin hari semakin berkurang Nun laki-laki di sini… Saat inipun, semua Nun adalah perempuan.
Meski begitu, kami tetap mempertahankan para Guardian yang mulanya adalah Nun laki-laki untuk berjaga jika
sewaktu-waktu terjadi hal darurat. Anda tahu, Nun di sini sesungguhnya diberikan pelatihan beladiri juga, akan
tetapi sudah sejatinya laki-laki melindungi perempuan, bukan? Itulah sebabnya
masih ada laki-laki – seperti saya – di tempat ini.” Pria itu tersenyum dan
menoleh ke arah Hyde. Hyde sedikit tersentak dan segera mengalihkan pandangan
seraya bersiul. Yang lainnya hanya terkikik melihatnya salah tingkah. Makanya jangan asal bunyi.
Guided Touring mereka berakhir di gedung
olahraga dan serbaguna yang terletak paling ujung dan di kelilingi hutan.
Namun, meski terletak paling ujung, tempat itu justru yang terlihat paling
tentram. Di sana, ada beberapa patio tak berpayung yang terbuat dari semen tak
jauh dari sisi jalan setapak. Cahaya matahari juga masuk dari sela-sela
lebatnya dedaunan, dan burung-burung terdengar bersiul di sekitar. Yui bahkan
nyaris menangkap seekor tupai yang tengah mengunyah kacang di dekat patio –
jika saja Ken tidak usil mengagetkan makhluk kecil itu. Yui lantas bermuka
masam.
“Nah,
saya kira sampai di sini saya dapat memandu Anda. Apakah ada hal yang ingin
ditanyakan?” Yuki memberikan kesempatan
bagi para komplotan untuk mengutarakan pikiran iseng mereka. Semua kompak menggeleng. Eh? Omong-omong kemana Ken dan Akira?
“Ken
tadi keliling sendiri. Kia di ruang pemulihan sama Ai. Katanya dia keliling
belakangan. Udah dikasih peta tadi.” Seakan dapat membaca pikiran, Micchi
mengangkat tangan kanannya dan memberitahu hilangnya gadis yang pendiam sejak
mereka berangkat itu. Yuki menaikan sebelah alis. Tidak yakin. Dia kan…
“Ah
ya, karena masih ada yang belum berkeliling, koordinator Nun nanti akan membimbing mereka seperti ini. Jadi dipastikan Anda
semua paham situasi tempat ini.” Yuki mengangguk. Ia kembali mendandai catatan.
“Baiklah.
Saya rasa sudah cukup untuk panduannya. Kami akan mengeksplorasi tempat ini
lebih lanjut untuk penyusunan strategi. Malam ini saya akan mensosialisasikan rencana
awal di ruang meeting. Mohon
kerjasamanya.” Pria gempal itu tersenyum dan mengangguk.
“Temui
kami jika butuh bantuan apapun. Ah ya, saat ini para Nun juga masih beraktivitas di sekitar sini, jadi Anda juga bisa
menanyai mereka hal-hal seputar tempat ini.” Dua pria Guardian itu memberikan salam dan berpamit. Yang lainnya mengangguk
sopan.
“Gile, peka juga kupingnya udah tu—“
“Hush! Masih aja.” Yui melotot. Hyde
terkekeh.
“Yaudah,
sekarang kalian boleh keliling, terutama wilayah hutan. Tapi jangan terlalu
jauh. Kita cuma mau mastiin kemungkinan tempat kemunculan Beast buat dijadiin pos jaga. Mungkin juga nanti bakal ada yang di
dalem sekaligus buat shift. Nanti kan
kita bakal tarung sampe pagi. Mustahil semuanya bisa tetap prima selama itu.
Salah-salah bisa jatuh korban. Ngerti?”
“Siap,
kapten!” semua membuat aba-aba hormat serentak. Yuki boleh bernapas lega
sekarang. Meskipun anak-anak ini
lekat dengan kesan freedom mereka,
kalau soal misi mereka tidak main-main. Sebab visi mereka…
“Yuki?”
para PsychoJ-an menoleh. Seorang Nun
bertubuh tinggi semampai, dengan seragamnya yang menimbulkan kesan anggun,
memandang sang ketua. Pupil mata Yuki melebar.
[TO BE CONTINUED]
(Created by: Ojou-sama a.k.a Kia)
P.S.: Akhirnya bisa nulis lagi setelah vakum berbulan-bulan u,u CHEERS!
P.S.: Akhirnya bisa nulis lagi setelah vakum berbulan-bulan u,u CHEERS!
No comments:
Post a Comment