Monday, March 27, 2017

A TALE OF PSYCHO-J (HEROES ARC): CHAPTER 7

YUKI: KEMAMPUAN ISTIMEWA DAN ROMANSA MASA LALU (Part 2)
-Akademi Kesehatan-
            Kelompok misi yang dikirim atas permintaan telah tiba tak jauh dari sebuah bangunan dengan ciri khas arsitekturnya: berwarna putih, menjulang tinggi di bagian tengah-depan, dengan jendela berpola dan berkilauan diterpa sinar matahari. Di puncak bangunan yang paling tinggi, terdapat benda-seperti-permata besar yang nyaris tak terlihat karena pantulan cahayanya yang menyilaukan. Hyde menyeletuk.
            “Kalo permatanya ditaro di atas situ, bukannya malah mancing orang buat nyuri gituan, ya?” ujarnya sambil dengan susah payah memerhatikan puncak bangunan. Kazu menoleh.
            “Mungkin dia punya fungsi lain makanya adanya di sana?”
            “Tapi emang nggak masuk akal juga, sih… kalo emang mereka pake itu buat sumber energi atau semacamnya, kenapa nggak ditaro di semacam ruangan kaca atau apapun yang lebih aman?” Kuro ikut menanggapi. Kazu menengadah lagi. Ia meletakan tangannya dalam posisi hormat demi melindungi matanya dari kilauan cahaya yang menyakitkan.
            “Entahlah.” Jawabnya seraya mengangkat bahu. Micchi meletakkan telunjuknya di depan bibir dan mendesis. Sekelompok orang paruh baya keluar dari salah satu pintu dan menghampiri komplotan muda itu. Seorang wanita, tiga pria berambut abu-abu dan satu pria yang lebih muda. Mereka semua tersenyum.
             “Selamat datang, tamu kehormatan. Ah… alangkah leganya mengetahui Anda sekalian telah tiba dengan selamat dan pada waktu yang tepat… kalian pasti telah melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan demi sampai ke sini,”
            “Eeh… itu…” Ken menoleh pada Sacchiko yang tengah digotong Ai. Salah seorang pria berambut abu-abu yang bertubuh tinggi tampak terkejut dan melangkah mendekat.
            “Oh… demi Permata Suci! Apa gerangan yang telah terjadi pada makhluk berparas lembut ini...? Katakan?”
            “Dia hanya butuh istirahat. Dia telah banyak membantu dalam perjalanan ini.” Sebelum Purin sempat menjawab dengan keceriaannya, Ai telah terlebih dahulu membalas.
            Sukurin!” Ken berbisik penuh kemenangan, meskipun sebenarnya tidak ada pertandingan. Micchi memberikan puk-puk lembut pada gadis berambut ikal yang cemberut itu. Menggembungkan pipinya yang semakin bulat.
            “Kalau begitu, mari kuantarkan ia ke ruang perawatan utama… di sana terdapat batu energi yang dapat mempercepat proses pemulihan…” belum sempat merespon apapun, pria tinggi itu telah memanggil dua orang laki-laki dan seorang perempuan berseragam yang membawa kursi dorong khusus dengan kemiringan yang nyaman. Sacchiko segera dipindahkan dan Ai turut mengiringinya ke ruang perawatan. Keisengan Hyde mulai kumat. Kali ini ia berbisik pada Revv.
            Giile. Menang banyak, ye? Ini Akademi kan buat perempuan karena laki-laki dikenain wajib militer. Kalo ada laki-laki di sini…” mendengarnya, Yui melotot dan segera mendesis demi menghentikan kalimat Hyde. Anak ini kalau tidak diawasi mulutnya suka lepas kendali.
            Ahem… baiklah… melalui surat yang telah kami kirimkan, kami rasa sudah cukup jelas mengenai tujuan utama diundangnya Anda sekalian kemari…” Yuki mleangkahi dua anak tangga di hadapannya dan memberikan salam hormat pada pria berambut abu-abu yang bertubuh gempal itu.
            “Perkenalkan. Saya Yuki, dan teman-teman, akan memantau wilayah ini demi menyusun rencana terbaik untuk melindungi semua orang. Saya harap hingga tugas ini berakhir, setiap penghuni tempat ini telah dievakuasi dan tidak diperkenankan mendekati batas hutan maupun meninggalkan tempat ini demi alasan keamanan. Jika kita bisa bekerjasama dengan baik, tugas ini dapat kami selesaikan tanpa hambatan yang berarti.” Pria gempal itu tertawa, sementara wanita di belakangnya tersenyum.
            “Sangat rapi, seperti yang diharapkan.” Ujarnya seraya menampilkan barisan gigi yang rapi dan bersih.
            “Sebagaimana prosedur yang selalu kami jalani setiap tahun, beberapa hari menjelang datangnya hari ini, kami telah memeringati para Nun dan mereka pun telah paham dengan situasi ini. Biasanya pun, dua hari menjelang bulan purnama, mereka telah dipindahkan ke tempat yang aman ketika para anggota Guild sedang bekerja. Oleh karena itu, Anda tidak perlu lagi mengkhawatirkan hal-hal yang berhubungan dengan teknis dan keselamatan jiwa-jiwa penghuni Akademi, sebab itupun telah menjadi tanggung jawab kami.” Yuki mengangguk dan menandai catatan yang sedaritadi ia pegang.
            “Baiklah, apabila ada yang Anda ingin butuhkan, kami akan dengan senang hati membantu. Kami juga akan memandu kalian sebagai langkah awal perkenalan dengan tempat ini.”
            “Kalau begitu, kami akan mulai bekerja sekarang.” Wanita paruh baya di belakang pria gempal mengangguk dan mengulurkan tangan, mempersilakan para PsychoJ-an untuk memasuki bangunan dan mengeksplorasi sekitar.
            “Jadi, siapa ketua kali ini?” untuk yang kesekian kalinya, Hyde berucap. Micchi menoleh, lalu melirik Ken. Ken mengangkat bahu dan menoleh Purin. Purin mendengus, Ken balas mendengus. Maksudnya menanyakan pendapat, bukan menunjuk. Purin tersadar dan menoleh sekitar. Kia telah lebih dulu menaiki tangga dan mengikuti Yuki masuk. Yui menepuk bahu Purin dan tersenyum lebar, memberi isyarat pada Yuki dan mengacungkan jempol. Kedua gadis periang itu mengangguk kegirangan. Dan entah mengapa, paragraf ini bertransformasi menjadi tayangan pantomim.
            “Mau kemana, Ken?” Kazu berjalan pelan mendekati Ken yang justru tampak tak mengikuti rombongan. Lelaki gempal itu tersenyum riang.
            “Eksplorasi.”
            “Dasar *****,” Micchi bergumam pelan. Ken hanya tertawa dan terus melangkah, diikuti yang lainnya.
***
            Wilayah bangunan itu ternyata luas. Beberapa gedung yang berpencar dihubungkan oleh koridor-koridor berkanopi yang dihiasi pohon jalar menyejukan. Setiap lahan kosong pun diisi oleh taman-taman kecil yang indah, meyejukan mata. Purin terlihat bahagia sekali. Ia belum pernah mengunjungi arsitektur seindah ini selama menjalankan misi. Yang lainnya juga terpana menyaksikan pemandangan asri di tengah carut marutnya Negeri ini. Seakan mengalihkan segala isu yang memuakan mata dan telinga.
            “Ini adalah ruang kepala dan para Guardian… sekadar informasi, sesungguhnya – selain Institut Ilmu Pengetahuan – sejak awal kami juga memang menerima murid laki-laki sebagai pengganti dari wajib militer , karena tidak semua laki-laki pada mulanya sanggup mengandalkan fisik mereka dalam bela Negara… kami juga menemukan adanya para pemuda berbakat yang mahir sekali dalam memahami anatomi dan pemulihan, seperti yang sedang bersama Anda ini,” pria bertubuh gempal itu memperkenalkan pria muda yang  turut menyambut PsychoJ-an tadi. Lelaki itu tersenyum sipu.
            “Eh? Apa Ai dari sini juga, tuan?” Micchi menceletuk.
            “Ai?” pria itu menghentikan langkahnya.
            “Iya, yang tadi mengantar Sacchiko,” Kuro menambahkan. Sang pria tampak berpikir sejenak, tapi kemudian menggeleng pelan.
            “Meskipun saya baru bergabung 10 tahun sejak Akademi ini dibangun, saya tak mengingat ada Nun seperti dia… kalaupun ia belajar sebelum saya mengabdi di sini, setidaknya ia seharusnya sudah berumah tangga. Apakah ia memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai penyembuhan?” Kazu mengangguk.
            Ah… mungkin ia berasal dari daerah itu… hm, hmm… saya akan bertanya beberapa hal mengenai dirinya… oh ya, mari kita lanjut turnya.” Pria itu kembali berjalan.
            “Seiring waktu, lebih banyak pemuda tangguh diikutkan ke wajib militer… nampaknya semakin banyak tempat dan orangtua yang memberikan pelatihan fisik dini bagi anak-anak mereka, sehingga semakin hari semakin berkurang Nun laki-laki di sini… Saat inipun, semua Nun adalah perempuan.
Meski begitu, kami tetap mempertahankan para Guardian yang mulanya adalah Nun laki-laki untuk berjaga jika sewaktu-waktu terjadi hal darurat. Anda tahu, Nun di sini sesungguhnya diberikan pelatihan beladiri juga, akan tetapi sudah sejatinya laki-laki melindungi perempuan, bukan? Itulah sebabnya masih ada laki-laki – seperti saya – di tempat ini.” Pria itu tersenyum dan menoleh ke arah Hyde. Hyde sedikit tersentak dan segera mengalihkan pandangan seraya bersiul. Yang lainnya hanya terkikik melihatnya salah tingkah. Makanya jangan asal bunyi.
            Guided Touring mereka berakhir di gedung olahraga dan serbaguna yang terletak paling ujung dan di kelilingi hutan. Namun, meski terletak paling ujung, tempat itu justru yang terlihat paling tentram. Di sana, ada beberapa patio tak berpayung yang terbuat dari semen tak jauh dari sisi jalan setapak. Cahaya matahari juga masuk dari sela-sela lebatnya dedaunan, dan burung-burung terdengar bersiul di sekitar. Yui bahkan nyaris menangkap seekor tupai yang tengah mengunyah kacang di dekat patio – jika saja Ken tidak usil mengagetkan makhluk kecil itu. Yui lantas bermuka masam.
            “Nah, saya kira sampai di sini saya dapat memandu Anda. Apakah ada hal yang ingin ditanyakan?” Yuki  memberikan kesempatan bagi para komplotan untuk mengutarakan pikiran iseng mereka. Semua kompak menggeleng. Eh? Omong-omong kemana Ken dan Akira?
            “Ken tadi keliling sendiri. Kia di ruang pemulihan sama Ai. Katanya dia keliling belakangan. Udah dikasih peta tadi.” Seakan dapat membaca pikiran, Micchi mengangkat tangan kanannya dan memberitahu hilangnya gadis yang pendiam sejak mereka berangkat itu. Yuki menaikan sebelah alis. Tidak yakin. Dia kan…
            “Ah ya, karena masih ada yang belum berkeliling, koordinator Nun nanti akan membimbing mereka seperti ini. Jadi dipastikan Anda semua paham situasi tempat ini.” Yuki mengangguk. Ia kembali mendandai catatan.
            “Baiklah. Saya rasa sudah cukup untuk panduannya. Kami akan mengeksplorasi tempat ini lebih lanjut untuk penyusunan strategi. Malam ini saya akan mensosialisasikan rencana awal di ruang meeting. Mohon kerjasamanya.” Pria gempal itu tersenyum dan mengangguk.
            “Temui kami jika butuh bantuan apapun. Ah ya, saat ini para Nun juga masih beraktivitas di sekitar sini, jadi Anda juga bisa menanyai mereka hal-hal seputar tempat ini.” Dua pria Guardian itu memberikan salam dan berpamit. Yang lainnya mengangguk sopan.
            Gile, peka juga kupingnya udah tu—“
            Hush! Masih aja.” Yui melotot. Hyde terkekeh.
            “Yaudah, sekarang kalian boleh keliling, terutama wilayah hutan. Tapi jangan terlalu jauh. Kita cuma mau mastiin kemungkinan tempat kemunculan Beast buat dijadiin pos jaga. Mungkin juga nanti bakal ada yang di dalem sekaligus buat shift. Nanti kan kita bakal tarung sampe pagi. Mustahil semuanya bisa tetap prima selama itu. Salah-salah bisa jatuh korban. Ngerti?”
            “Siap, kapten!” semua membuat aba-aba hormat serentak. Yuki boleh bernapas lega sekarang. Meskipun anak-anak ini lekat dengan kesan freedom mereka, kalau soal misi mereka tidak main-main. Sebab visi mereka…
            “Yuki?” para PsychoJ-an menoleh. Seorang Nun bertubuh tinggi semampai, dengan seragamnya yang menimbulkan kesan anggun, memandang sang ketua. Pupil mata Yuki melebar.


[TO BE CONTINUED]

(Created by: Ojou-sama a.k.a Kia)

P.S.: Akhirnya bisa nulis lagi setelah vakum berbulan-bulan u,u CHEERS!

No comments:

Post a Comment